1. Definisi
    1. Kanker payudara (KPD) merupakan keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari epitel duktus maupun lobulusnya. Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia. Berdasarkan Pathological Based Registration di Indonesia, KPD menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif sebesar 18,6%. (Data Kanker di Indonesia Tahun 2010, menurut data Histopatologik ; Badan Registrasi Kanker Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI) dan Yayasan Kanker Indonesia (YKI)) (Kemenkes, 2015)
  2. Etiologi dan Faktor Resiko
    1. Etiologi
      1. Etiologi dari penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan. Etiologi kanker payudara disebabkan oleh interaksi kompleks antara berbagai faktor yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi. Etiologi ini ditentukan oleh faktor genetik, lingkungan, nutrisi, hormonal, dan faktor keturunan yang berkontribusi terhadap perkembangan penyakit ini. Faktor risiko termasuk riwayat kanker payudara sebelumnya, riwayat keluarga yang positif, obesitas, perawakan tinggi, merokok, konsumsi alkohol, menarche dini, menopause terlambat, gaya hidup kurang gerak, nuliparitas dan terapi penggantian hormon. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penurunan risiko kanker payudara meliputi multiparitas, riwayat menyusui, aktivitas fisik, penurunan berat badan, dan intervensi bedah dan medis profilaksis.
    2. Faktor Resiko
      1. Faktor risiko yang erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker payudara antara lain jenis kelamin wanita, usia > 50 tahun, riwayat keluarga dan genetik (Pembawa mutasi gen BRCA1, BRCA2, ATM atau TP53 (p53)), riwayat penyakit payudara sebelumnya (DCIS pada payudara yang sama, LCIS, densitas tinggi pada mamografi), riwayat menstruasi dini (< 12 tahun) atau menarche lambat (>55 tahun), riwayat reproduksi (tidak memiliki anak dan tidak menyusui), hormonal, obesitas, konsumsi alkohol, riwayat radiasi dinding dada, faktor lingkungan
  3. Patofisiologi
    1. Kanker disebabkan oleh senyawa karsinogenik. Benzo(a)pyrene adalah salah satu senyawa prekarsinogenik yang dikonversi menjadi karsinogen aktif oleh sitokrom P450. Karsinogen aktif sangat reaktif dan mudah menyerang kelompok nukleofilik dalam DNA, RNA, dan protein, yang menyebabkan mutasi. Gen P53 mengkode protein p53 yang berfungsi sebagai protein penekan tumor. Karsinogenesis dimulai dengan kerusakan atau mutasi gen p53. Gen p53 bermutasi mensintesis protein p53 mutan. Pada pasien kanker, protein p53 mutan terakumulasi dalam jaringan tumor dan serum darah. Protein p53 mutan dalam serum pasien tumor meningkat dengan tingkat bahaya penyakit, sehingga dapat digunakan sebagai biomarker awal tumor.
  4. Klasifikasi
    1. Berdasarkan The World Health Organization (WHO) tahun 2012,
      1. Karsinoma Non-invasif Ductal Carsinoma In Situ ( DCIS ) Enlargement Lobular Carsinoma In Situ ( LCIS ) Enlargement Invasive breast cancer ( Kanker payudara yang invasive ) Invasive Lobular Carsinoma ( ILC ) Enlargment
    2. Tidak semua type kanker payudara berasal dari saluran air susu atau kelenjar air susu.
      1. Inflammatory Breast Cancer Medullary Carcinoma Tubular carcinoma Metaplastic carcinoma Sarcoma Tumor Micropapillary carcinoma Adenoid cystic carcinoma
  5. Manifestasi Klinis
    1. *Benjolan yang keras di payudara dengan atau tanpa rasas akit. * Puting susu berubah (retraksi nipple) atau putting mengeluarkan cairan/darah (nippledischarge) *Kulit payudara berkerut seperti kulit jeruk (peau’ud’orange), melekuk kedalam (dimpling) dan ulkus *Adanya benjolan-benjolan kecil didalam atau kulit payudara (nodul satelit) *Puting payudara luka, dan sulit sembuh *Payudara terasa panas, memerah dan bengkak *Payudara terasa sakit/nyeri *Benjolan yang keras itu tidak bergerak dan biasanya pada awal-awalnya tidak terasa sakit *Benjolan pada awalnya hanya pada satu payudara *Terdapat benjolan di aksila dengan atau tanpa masa di payudara
  6. Manifestasi Klinis
    1. Benjolan yang keras di payudara dengan atau tanpa rasas akit. Puting susu berubah (retraksi nipple) atau putting mengeluarkan cairan/darah (nippledischarge) Kulit payudara berkerut seperti kulit jeruk (peau’ud’orange), melekuk kedalam (dimpling) dan ulkus Adanya benjolan-benjolan kecil didalam atau kulit payudara (nodul satelit) Puting payudara luka, dan sulit sembuh Payudara terasa panas, memerah dan bengkak Payudara terasa sakit/nyeri Benjolan yang keras itu tidak bergerak dan biasanya pada awal-awalnya tidak terasa sakit Benjolan pada awalnya hanya pada satu payudara Terdapat benjolan di aksila dengan atau tanpa masa di payudara
  7. Cara Diagnosis & DB
    1. Anamnesis Inspeksi Palpasi
    2. Kemudian dilakukan pencatatan hasil pemeriksaan fisik berupa • Status generalis (Karnofsky Performance Score) • Status lokalis : - Payudara kanan atau kiri atau bilateral - Massa tumor: Pemeriksaan Laboratorium • Pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan kimia darah sesuai dengan perkiraan metastasis • Tumor marker : apabila hasil tinggi, perlu diulang untuk follow up Pemeriksaan Pencitraan Mamografi Payudara
    3. Diagnosis Banding · Limfadenitis tuberculosa · Fibroadenoma · Mastitis · Penyakit fibrokistik
  8. Tatalaksana
    1. Mastektomi radikal yang dimodifikasi mencakup pengangkatan seluruh jaringan payudara, termasuk kompleks puting-aerola dan bagian nodus limfe aksila. Mastektomi total mencakup pengangkatan payudara dan kompleks puting-aerola tetapi tidak mencakup diseksi nodus limfe aksila (axillary lymph node dissection, ALND). Pembedahan penyelamatan payudara : lumpektomi, mastektomi eksisi luas, parsial atau segmental, kuadrantektomi dilanjutkan oleh pengangkatan nodus limfe untuk kanker payudara invasif. Biopsi nodus limfe sentinel : dianggap sebagai standar asuhan untuk terapi kanker payudara stadium dini. Terapi radiasi sinar eksternal : biasanya radiasi dilakukan pada seluruh payudara, tetapi radiasi payudara parsial (radiasi ke tempat lumpektomi saja) kini sedang dievaluasi di beberapa institusi pada pasien tertentu secara cermat. Kemoterapi untuk menghilangkan penyebaran mikrometastatik penyakit : siklofosfamid (Cytoxan), metotreksat, fluorourasil, regimen berbasis antrasiklin misalnya dokpasienrubisin (Adriamycin), epirubisin (Ellence), taksans (paklitaksel seperti Taxol), dosetaksel (Taxoter). Terapi hormonal berdasarkan indeks reseptor estrogen dan progesteron : Tamoksifen (Pasienltamox) adalah agen hormonal; primer yang digunakan untuk menekan tumor yang bergantung hormonal lainnya adalah inhibitor anastrazol (Arimidex), letrozol (Femara), dan eksemestan (Aromasin). Terapi target : trastuzumab (Herceptin), bevacizumab (Avastin). Rekonstruksi payudara.
  9. Pencegahan
    1. Primer
    2. Sekunder
    3. Tersier
    4. Periksa Payudara Sendiri (SADARI) Periksa Payudara Klinis (SADANIS) Mammografi skrining
  10. Komplikasi
    1. Pembedahan
    2. Kemoterapi
    3. Teraoi hormonal
    4. Radiasi
  11. Efusi Pleura
    1. Definisi
      1. Efusi pleura adalah akumulasi cairan di antara pleura parietal dan visceral (kavitas pleura). Hal ini dapat terjadi karena infeksi, keganasan, atau peradangan yang terjadi pada jaringan parenkim atau karena gagal jantung kongestif (D’Agostino & Edens, 2020; Krishna & Rudrappa, 2020
    2. Etiologi & Faktor resiko
      1. Cairan pleura diklasifikasikan sebagai transudat atau eksudat berdasarkan kriteria Light yang dimodifikasi. Cairan pleura dianggap efusi eksudatif jika setidaknya salah satu kriteria terpenuhi. Rasio protein cairan pleura/protein serum lebih dari 0,5 Rasio laktat dehidrogenase (LDH) cairan pleura/LDH serum lebih dari 0,6 LDH cairan pleura lebih dari dua pertiga batas atas nilai laboratorium normal untuk LDH serum.
      2. Beberapa faktor risiko yang meningkatkan seseorang mengidap efusi pleura, antara lain: Memiliki riwayat tekanan darah tinggi (hipertensi), merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, atau terkena paparan debu asbes. Selain itu, baca juga lebih lanjut artikel ini: Memiliki Tekanan Darah Tinggi Bisa Sebabkan Efusi Pleura. Menjalani perawatan atau pengobatan untuk penyakit kanker yang memengaruhi cara tubuh dalam menahan cairan. Protein yang rendah dalam darah bisa menyebabkan cairan mudah keluar dari pembuluh darah dan terkumpul dalam rongga pleura, misalnya akibat penyakit sirosis hati atau penyakit ginjal. Penurunan laju penyerapan dari saluran getah bening, misalnya karena penyumbatan saluran getah bening akibat adanya keganasan atau trauma. Obat-obatan tertentu, operasi perut dan terapi radiasi
    3. Patofisiologi
      1. Akumulasi ini menandakan adanya ketidakseimbangan antara produksi dengan drainase cairan pleura. Ketidakseimbangan ini secara patofisiologi terjadi karena adanya peningkatan tekanan kapiler pulmonal, penurunan tekanan onkotik plasma, peningkatan permeabilitas membran pleura, penurunan kemampuan drainase limfatik pleura, dan obstruksi bronkus dengan tingginya tekanan negatif intrapleural. Ketidakseimbangan ini dapat terjadi karena adanya kelainan yang ada pada paru, pleura, atau kelainan sistemik. Oleh karena itu, sangat penting bagi praktisi untuk mampu mengatasi efusi pleura serta etiologi dari keadaan ini (Chinchkar, Talwar, & Jain, 2015; Karkhanis & Joshi, 2012)
    4. Cara Diagnosis& DB
      1. * Anamnesis
        1. Tanda dan gejala bervariasi tergantung pada penyebabnya seperti dispnea, batuk, dan nyeri dada pleuritik. Gejala tambahan seperti demam, ortopnea, atau arthralgia bersamaan dapat memberikan petunjuk etiologi yang mendasarinya dan dapat membantu mempersempit diferensial diagnosis. Riwayat perjalanan, riwayat pekerjaan sebelum dan saat ini, penggunaan obat, riwayat operasi sebelumnya (seperti bedah bypass arteri coroner; CABG), keganasan, tempat tinggal, dan paparan asbes sebelumnya juga dapat menimbulkan efusi pleura
      2. Pemeriksaan Fisik
        1. Presentasi klinis khusus yang muncul biasanya meliputi berkurangnya bunyi nafas, redup pada perkusi thoraks, dan penurunan fremitus taktil pada area efusi pleura; Temuan ini umumnya hanya terjadi pada efusi yang lebih besar dari 300 mL. Petunjuk lain pada pemeriksaan fisik meliputi distensi vena leher, edema perifer, pembesaran ventrikel kanan atau trombosis vena dalam, stigmata penyakit hati stadium akhir, kelainan bentuk sendi, atau synovitis
      3. Pemeriksaan penunjang
        1. Radiografi dada Thorakosintesis Pemeriksaanlaboratorium analisis cairan pleura Pemeriksaan sitologi
      4. Diagnosis Banding
        1. Konsolidasi paru karena pneumonia Neoplasma paru dengan kolaps paru Fibrosis pleura
  12. Prognosis
    1. Prognosis pasien kanker payudara sangat bergantung pada status kelenjar getah bening aksila. Semakin tinggi jumlah kelenjar getah bening yang positif, semakin buruk hasilnya. Secara umum, tumor yang responsif terhadap hormon cenderung memberikan hasil yang lebih baik. Pada penderita kanker payudara, kejadian buruk pada jantung sering terjadi; Hal ini sebagian disebabkan oleh obat kardiotoksik untuk mengobati kanker dan adanya faktor risiko tradisional penyakit jantung. Tanggung jawab ada pada penyedia layanan kesehatan untuk mengurangi faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan menurunkan risiko kejadian buruk pada jantung.
  13. Tatalaksana
    1. Pemberian Antibiotika
      1. clindamycin 600 mg iv/8 jam, membaik dilanjutkan 300mg po/6jam amoxicilin-clavulanic acid 875 mg po/12 jam amoxicilin 500 mg/8jam atau penicillin G 1-2juta unitiv/4-6 jam, ditambah metronidazol 500 mg po/iv tiap 8-12 jam penicillin G 1,2 juta unit im/12 jam + chloramphenicol500 mg/6jam.Antibiotika sebaiknya diberikan sampaifoto toraks membaik.
    2. Drainase postural dan fisioterapi
    3. Penatalaksanaan khusus
      1. Bronkoskopi dan Pembedahan